Jumat, 08 Maret 2013

Dear Hearth , Why Him ?


Hubungan kita bukan hubungan seperti mereka . Ada semacam sekat yang membatasinya . Namun aku selalu menikmati setiap sekat yang disuguhkan padaku , walau tidak sedikit sekat itu banyak  melukis luka .Sebenarnya hubungan ini dimulai karna sebuah ketidaksengajaan kita yang selalu ingin mencoba hal-hal baru . Saat itu aku dan dia sama-sama haus akan kasih sayang , sama-sama segera ingin melepas dahaga . Hingga  aku dan dia bersepakat untuk menjadi kita  , kita yang dalam arti sebenarnya hanya abu-abu.
                                                                              ***
Sore ini mendung , aku segera mempercepat langkah ku keluar dari area sekolah . Namun aku lumayan kesulitan menentukan langkah ku karena lensa kacamata ku yang sebelah kiri retak . Sesampai diluar gerbang sekolah , aku melihat sosok pria yang sudah familiar dihidup ku belakangan ini . Pria yang mengenakan helm putih , berkemeja kotak-kotak , yang sedang duduk diatas sepeda motor besarnya . Pria itu melambaikan tangannya padaku , memberi tanda padaku untuk segera datang padanya . Dengan sedikit berlari aku segera menuju ke arahnya .
“ Hai adek , tumben keluarnya agak lama ? “
“ adek agak susah jalan mas , soalnya lensa  kacamatanya adek retak “ sahutku  , sambil menunjuk lensa kacamata ku yang sebelah kiri .

Berbeda Menyebut Nama Tuhan


Bukankah aku dan dia sama-sama menyembah sang sutradara agung yang mengatur segala sandiwara dimuka bumi ini ?
Lalu kenapa diantara aku dan dia masih ada tembok besar menjadi pemisah cinta kita ?
Apa karna cara ku dan dia berbeda dalam menyebut nama sang sutradara ?
Rentetan pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang akhir-akhir ini selalu mengganggu fikiranku . Aku mencintai seorang pria berkalung salib . Pria yang kini selalu menjadi topik perbincangan ku dengan Tuhan . Aku mengenalnya tidak cukup lama , namun cinta diantara kita hadir begitu cepat . Cinta yang kini menjadi tema di hari-hari ku . Mungkin untuk sebagian orang cinta diantara kita hanya cinta sesaat , cinta yang gampang rapuh , dan gampang goyah . Namun tidak untuk ku dan untuknya . Ada sudut-sudut lain yang mereka tidak mengerti tentang cinta kita . Maklum saja , mereka hanya penonton bukan pemain utama di dalam kisah cinta kita . Aku selalu berharap semoga Tuhan selalu tertarik dengan kisah cinta kita.
                                                                             ***
Sore itu cukup cerah , matahari masih enggan berlari ke arah barat . Banyak orang berlalu lalang dijalan , membuat ku cukup pusing melihatnya . Setelah cukup lama aku menunggunya , akhirnya dia muncul diantara kerumunan para penumpang bis yang baru saja turun , dia melambaikan tangan padaku dan aku sunggingkan senyum yang cukup manis untuknya . Dia pun segera menuju kearahku yang sejak tadi terduduk diatas motorku .